Rabu, 27 Oktober 2010

118 Tewas di Mentawai, 502 Hilang

JAKARTA - Direktur Bantuan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial (Kemsos) Tamliha mengatakan bahwa korban tewas akibat gempa dan tsunami yang melanda Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, berjumlah 118 orang.

Selain itu, 502 orang dilaporkan hilang dan 4.000 orang dievakuasi ke pengungsian.
Tamliha menambahkan, Kementerian Sosial telah mengirimkan bantuan berupa tenda, logistik, dan uang.

"Barang-barang yang telah dikirimkan tenda regu, tenda pengungsi, dan tenda keluarga. Kalau logistik, minyak goreng, kecap, dan HT. Uang Rp932,25 juta," ujarnya, Rabu (27/10/2010).

Direncanakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan akan menuju Padang petang ini dan akan melanjutkan perjalanan ke Mentawai.

Ibunda Agum Gumelar Meninggal Dunia

JAKARTA - Ibunda Agum Gumelar, Tien Suriasantika meninggal dunia di Ruang Paviliun Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Senin (25/10/2010) malam pukul 21.15 WIB. Tien wafat pada usia 86 tahun.

Informasi meninggalkan Tien ini dibenarkan oleh Agum Gumelar dan Dede, putera bungsu almarhumah. “Usianya memang sudah sepuh. Tapi beliau tetap kuat,” ujar mantan Danjen Kopasus ini kepada okezone.

Belum diketahui Tien akan dikebumikan di Bandung atau di Tasikmalaya, kampung halaman Agum. Rencananya jenazah akan dibawa ke rumah duka, di Jalan Abdul Rifa’i, Bandung.

Menurut Gugun Yudinar, adik Agum, almarhumah memang dikenal sebagai sosok yang tangguh dan keibuan. Almarhumah, kata Gugun juga selalu mengajarkan anak-anaknya untuk hidup mandiri.

Didikan Tien ini pun kini dipegang teguh oleh semua anak-anaknya. Dan hampir semua putra-putrinya kini sukses dengan profesinya masing-masing.

Air Pasang, Warga Mentawai Mengungsi

PADANG - Peringatan potensi tsunami dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Kepulauan Mentawai tidak terjadi. Air laut hanya pasang setinggi 30 centimeter. Kendati demikian, warga tetap mengungsi ke tempat yang aman.

Demikian disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat Hermansyah di kantor Satkolak Penanggulangan Bencana, Jalan Jenderal Sudirman, Padang, Sumbar, Selasa (26/10/2010).

“Warga di Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai langsung mengungsi ke daerah perbukitan yang berjarak 100 meter dari bibir pantai,” ujarnya kepada okezone.

Menurut Hermansyah, daerah mentawai memang salah satu dari kawasan yang diprediksi akan terkena gempa besar, setelah gempa Padang pada 2009 lalu.

Keluarga Yakin Jasad yang Sujud itu Mbah Maridjan

JAKARTA - Keluarga dan kerabat sudah meyakini bahwa jasad yang ditemukan dalam kondisi bersujud di tadi pagi adalah Mbah Maridjan.

Keyakinan tersebut didasarkan dari tampilan visual wajah serta pakaian yang dikenakan pemilik nama lengkap Mas Penewu Suraksohargo itu.

“Keluarga dan kerabat sudah yakin itu Mbah Maridjan dari penampilan visual dan pakaian. Tes DNA pihak rumah sakit dan polisi hanya ingin memastikan saja secara ilmiah,” ujar asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Anwar, saat dihubungi okezone, Rabu (27/10/2010).

Anwar melanjutkan, hingga sore ini jumlah korban tewas diproyeksikan mencapai 28 orang. “Informasi resmi sampai sore ini masih 26 orang korban tewas. Ada dua orang lagi yang masih dalam pencarian, tapi kemungkinan besar sudah tidak bernyawa lagi,” ujarnya seraya menyebutkan dua orang tersebut dilaporkan berada di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulrejo, Cangkringan, Sleman Yogyakarta.

Dari 26 jenazah, 10 di antaranya belum berhasil diidentifikasi. Pihak RS Sardjito, kesulitan mengidentifikasi jenazah karena umumnya mayat mengalami luka bakar hingga 90 persen.

“Jenazah memang tidak hancur tapi luka bakarnya sangat serius sampai 90 persen. Sulit untuk mengenali jenazah tapi tim dokter masih berusaha mengidentifikasi,” ujarnya.

Selain korban tewas, lanjut Anwar, RS Sardjito juga merawat 18 korban dalam kondisi kritis. “Ada 18 kondisinya kritis. Sebagian besar luka bakar serius dan sesak napas,” bebernya.
(ton)

Hasil Survei: Soeharto Paling Bertanggung jawab

 Berdasarkan hasil survei Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada 1999-2010, masyarakat menilai bahwa individu yang paling bertanggung jawab atas kasus krisis ekonomi 1998 adalah mantan Presiden Soeharto.

"Setelah setahun Orde Baru tumbang, rakyat bersuara sangat negatif terhadap politik di bawah Soeharto, rakyat tidak memimpikan kembali cara-cara politik
zaman Soeharto," ujar Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi saat memaparkan hasil survei dengan tajuk "Warisan Politik Soeharto", Jumat (22/10).

Dari hasil survey tersebut, 20 persen responden menyatakan Orde Baru sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap krisis ekonomi 1998, 18 persen menunjuk Soeharto pribadi, pengusaha dalam negeri 3 persen, Partai Golkar 2 persen, pengusaha Cina 2 persen, 46 persen menyatakan tidak tahu.

Selebihnya, satu persen menyatakan pengusaha asing bertanggung jawab, kelompok reformis 0,5 persen, serta lima persen menyatakan pihak lain.(YUS)

Korban Alami Luka Bakar dan Sesak Napas

 
Enam orang korban awan panas Gunung Merapi dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Sarjito, Yogyakarta, Selasa (26/10). Para korban langsung dilarikan ke ruang gawat darurat untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Mereka dirujuk ke rumah sakit ini dari RS Panti Nugroho karena mengalami luka bakar cukup serius antara 20 hingga 75 persen.

Luka terparah dialami Mbah Pujo, wanita berusia 68 tahun warga Ngangkrik, Umbulhardjo, Cangkringan, Sleman. Hingga tadi malam para keluarga korban hanya bisa menunggu diluar ruangan gawat darurat untuk memantau perkembangan para korban.

Korban yang dirawat di RS Dokter Sarjito adalah Ratmi (34 tahun) warga Kinahrejo, Arif Candra (23) warga Kedung Sriti, Sri Wahyu Nur Irawan (25) warga Kedung Sriti, Mbah Pujo (68) warga Ngangkrik Umbulhardjo, Seno (26) warga Kaliurang, dan Ngatinem (50) warga Kinahrejo.

Sementara di Klaten, Jawa Tengah, belasan pengungsi harus dirawat di di Puskesmas Kemalang karena mengalami gangguan sesak napas. Mereka umumnya warga yang sudah lanjut usia dan beberapa ibu hamil. Setelah diberi bantuan dengan oksigen, beberapa pasien lansia mulai pulih dan dibolehkan pulang ke lokasi pengungsian. Hanya tujuh orang warga yang harus menjalani rawat inap.(ADO)

Jakarta Tak Akan Langsung Tenggelam

JAKARTA - Setelah badan Jalan RE Martadinata di utara Jakarta ambles, kekhawatiran pun merembet ke sepanjang wilayah pesisir dan pusat kota. Benarkah kawasan Ibukota akan tenggelam?

Terminologi tenggelam, menurut pengamat perkotaan Yayat Supriyatna, bukan seperti posisi Jakarta yang tiba-tiba terendam air. "Tapi itu karena proses permukaan tanah yang semakin menurun," katanya saat berbincang dengan okezone, Kamis (23/9/2010).

Dampak permukaan tanah yang terus menurun, kata Yayat, secara ekstrem baru dirasakan mulai 10 sampai 20 tahun mendatang.


Apa penyebab utama penurunan permukaan tanah?

Itu karena eksploitasi air tanah dan di bawah permukaan laut.

Bila tidak ada intervensi teknologi, misalnya membangun tembok atau tanggul, dan upaya mengurangi pengambilan air tanah maka skenario ekstrem tenggelam, ya pasti tapi lambat.


Prosesnya seperti apa?

Genangan ini terjadi misalnya tekanan kuat dari laut. Biasanya terjadi saat pasang laut, air dari sungai yang tidak bisa masuk ke laut, parkir di daerah yang buruk kondisi permukaan tanahnya.

Beberapa daerah yang kondisinya lebih rendah akan tergenang. Hukum gravitasinya begitu.


Estimasi penurunan permukaan tanah sampai jauh di bawah permukaan laut?

Ada kenaikan permukaan laut, dari data Intergovernmental Panel on Climate Change, misalnya yang memprakirakan angka pada tahun 2030, 2070, dan 2100.

Pada 2030, pasang air laut akan naik 8cm, rata-rata 18 cm, dan paling tinggi 29 cm. Jadi yang dikhawatirkan kemungkinan tenggelam, iya.

Tahun 2070, diperkirakan permukaan pasang air laut akan naik 21 cm, rata-rata 44 cm, dan paling tinggi 71 cm.

Pada 2100, pasang air laut akan naik 31 cm, rata-rata 66cm, dan paling tinggi 110 cm.

Kalau 2030 pasang air laut naik 29 cm, maka kita tinggal bayangkan saja daratan di pesisir dengan permukaan air yang ada.

Kalau ternyata kita mengalami penurunan, ya akan tenggelam. Otomatis kalau laut lebih tinggi, ya tenggelam, dalam pengertian air masuk ke daratan.

Itu estimasi ekstrem.

Presiden Yudhoyono Diimbau Kembali ke Tanah Air

 Banyaknya musibah yang terjadi belakangan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diimbau mempercepat kunjungan luar negerinya. Ini sebagai bentuk solidaritas dan tanggung jawab moral beliau sebagai kepala negara. Permintaan ini disampaikan Arqam Asikin, pengamat politik Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (26/10).

Menurut Arqam, alangkah baiknya jika Presiden Yudhoyono segera kembali ke Tanah Air. Sebab, saat ini terjadi gempa di Mentawai, Sumatra Barat, Gunung Merapi meletus, dan banjir besar di beberapa daerah. Bahkan, kebakaran hutan di Riau juga sudah diprotes Singapura. Itulah sebabnya, Arqam minta Yudhoyono segera mempercepat kunjungannya.(ULF).

Kinerja Badan Kehormatan DPR Mandul

Kunjungan studi banding Badan Kehormatan DPR ke Yunani, banyak mengundang kontroversi terutama dari kalangan pengamat politik. Mereka menilai kunjungan tersebut kurang efektif. Kinerja BK selama setahun terakhir dipertanyakan, bahkan dinilai mandul [baca: Anggota BK DPR Tetap Berangkat ke Yunani].

"Ini memang memalukan, setahun ini BK mandul, beberapa konflik internal yang ditangani oleh BK tidak dapat diselesaikan. Hingga saat ini belum ada satu pun aduan masyarakat yang tuntas," ujar pengamat politik Sebastian Salang di sela-sela dialog interaktif bertema "DPR Studi Banding atau Jalan-Jalan" di Cafe Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (23/10).

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) itu menegaskan, semestinya BK menyelesaikan "pekerjaan rumah" yang belum rampung. "Bukan sebaliknya, malah jalan-jalan ke luar negeri," imbuh Sebastian.

"Pilihan belajar etika bagaimana cara merokok, cara berpakaian, begitu memalukan. Masa belajar etika saja harus ke Yunani," sindirnya.

Sebastian menuturkan, memang filosof dari Yunani cukup banyak, seperti Plato sebagai tokoh filosof Yunani yang cukup tersohor. Namun, Yunani bukan seperti pada masa Plato. Saat ini Yunani merupakan negara yang cukup bobrok, dan salah satu negara terkorup di belahan Eropa.

"Kalau mau belajar etika yang luhur dan tinggi itu ke Jepang, karena di sana pejabat yang korup itu mengundurkan diri dan bunuh diri," ujarnya mencontohkan.

Menurut dia, kunjungan ke luar negeri justru hanya akan melemahkan legitimasi BK DPR sendiri. Karena BK DPR sebagai alat kontrol terhadap anggota Dewan, justru memberikan tendensi yang buruk kepada anggota legislatif. Sebastian juga menganggap ketidak berdayaan BK ntuk mempelajari soal etika politik, sangat dibuat-buat. Mengingat BK sudah dibentuk cukup lama.

"Apalagi kalau ada perselingkuhan soal anggaran antara legislatif dan eksekutif, itu sangat bahaya," tandasnya.

DPR harus lebih keras dari pemerintahan, karena sudah seyogianya DPR memberikan kontrol kepada pemerintahan. BK juga mestinya harus lebih peka terhadap apa yang saat ini dirasakan masyarakat. Selain itu harus punya kepekaan terkait dengan pemanfaatan anggaran yang lebih efektif.(APY/ANS)

Pengungsi Merapi Butuh Pangan & MCK

SLEMAN – Para pengungsi merapi di barak pengungsian Purwobinangun,Pakem,Girikerto,dan Wonokerto,Kecamatan Turi,Kabupaten Sleman,DIY membutuhkan bantuan makanan dan peralatan lain.

Kebutuhan utama para pengungsi adalah peralatan mandi cuci kakus (MCK),susu,dan makanan bayi. Di berbagai barak pengungsi di Kabupaten Sleman, barang-barang tersebut tidak tersedia, yang ada hanya tikar, karpet, dan selimut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, para pengungsi harus membeli sendiri atau minta kiriman keluarga yang masih ada di rumah.

“Untuk keperluan MCK tidak ada. Kami kesulitan mendapatkan,” ungkap Prapto Wiyono,salah seorang pengungsi warga Tritis, Purwobinangun, Pakem di barak pengungsian Purwobinangun, kemarin.

Menu makanan juga dikeluhkan para pengungsi,terutama lauk pauk dan sayurnya.Ada beberapa lauk dan sayuran yang menjadi pantangan mereka. Pengungsi yang punya pantangan terpaksa hanya makan nasi.

“Kami juga minta di barak ini diberi lampu penerang.Terutama di kamar mandi dan depan barak pengungsian. Sebab kalau malam suasananya gelap,”katanya. Keluhan senada juga diungkapkan pengungsi di barak Girikerto dan Wonokerto,Kecamatan Turi, terutama untuk kebutuhan susu dan makanan bayi maupun anak-anak.

Mbah Maridjan Lemas, 16 Orang Tewas


 Sebanyak 12 korban letusan Gunung Merapi yang ditemukan meninggal dunia di sekitar rumah Mbah Maridjan, Rabu (27/10) dini hari dievakuasi ke Rumah Sakit Sarjito, Yogyakarta. Mereka meninggal dunia dengan kondisi hangus akibat terkena awan panas muntahan Gunung Merapi. Total sudah 16 orang tewas, termasuk empat orang yang ditemukan di dalam rumah Mbah Maridjan yang hangus terbakar.

Sedangkan Mbah Maridjan sendiri dilaporkan selamat, meski kondisinya lemas. Namun, juru kunci Gunung Merapi ini memilih bertahan di atas lereng Merapi dan menolak dievakuasi tim SAR.

Sementara itu, keluarga korban letusan Gunung Merapi hingga dini hari tadi terus berdatangan ke RSUP Sarjito untuk memastikan identitas jenazah korban. Salah satunya adalah Nanik, istri Yuniawan Wahyu Nugroho, wartawan media online yang turut menjadi korban tewas saat berada di rumah Mbah Maridjan di lereng Merapi.

Sejauh ini baru sembilan dari 12 jenazah yang berhasil diidentifikasi. Mereka adalah Sarno, Yanto Utamo, Suketi Wahono, Puji Surono, Sajiman, Iman Nur Kholik, Sipon, Yuniawan Wahyu Nugroho, dan Tutur Priyono. Sedangkan dua pria dan seorang bocah belum diketahui identitasnya.(ADO)

Mbah Maridjan Ditemukan Selamat

JAKARTA - Belasan orang ditemukan meningal di dusun tempat tinggal kuncen Gunung Merapi, Mbah Maridjan. Korban tewas akibat semburan awan panas atau wedhus gembel yang bersuhu sekira 500 derajat celsius.

Kendati demikian, Mbah Maridjan dilaporkan selamat namun dalam kondisi lemas. Sementara itu, rumah kediaman juru kunci ini tertutup tebal debu vulkanik yang masih terasa panas saat tim melakukan evakuasi.

Sebelum ditemukan tim, Mbah Maridjan sempat simpang siur mengenai kondisi terakhir setelah luncuran wedhus gembel menerjang lereng Merapi bagian selatan. Menurut Direktur Dompet Dhuafa Yogyakarta M Fauzi, yang mendapat inforamasi dari tim evakuasi, dikabarkan juru kunci Merapi ini selamat. Namun kondisinya lemas akibat terpapar awan panas.

"Ditemukan lemas, tapi saya sendiri belum bertemu langsung," ujarnya saat dihubungi okezone, Rabu (27/10/2010). Mengenai korban, tercatat 15 orang tewas. Terdiri dari 13 warga setempat dan dua orang yang telah teridentifikasi dr.Tutur, anggota TNI dan wartawan Vivanews Yuniawan. "Rata-rata korban luka bakar," imbuh Fauzi.(ram)