Rabu, 27 Oktober 2010

Jakarta Tak Akan Langsung Tenggelam

JAKARTA - Setelah badan Jalan RE Martadinata di utara Jakarta ambles, kekhawatiran pun merembet ke sepanjang wilayah pesisir dan pusat kota. Benarkah kawasan Ibukota akan tenggelam?

Terminologi tenggelam, menurut pengamat perkotaan Yayat Supriyatna, bukan seperti posisi Jakarta yang tiba-tiba terendam air. "Tapi itu karena proses permukaan tanah yang semakin menurun," katanya saat berbincang dengan okezone, Kamis (23/9/2010).

Dampak permukaan tanah yang terus menurun, kata Yayat, secara ekstrem baru dirasakan mulai 10 sampai 20 tahun mendatang.


Apa penyebab utama penurunan permukaan tanah?

Itu karena eksploitasi air tanah dan di bawah permukaan laut.

Bila tidak ada intervensi teknologi, misalnya membangun tembok atau tanggul, dan upaya mengurangi pengambilan air tanah maka skenario ekstrem tenggelam, ya pasti tapi lambat.


Prosesnya seperti apa?

Genangan ini terjadi misalnya tekanan kuat dari laut. Biasanya terjadi saat pasang laut, air dari sungai yang tidak bisa masuk ke laut, parkir di daerah yang buruk kondisi permukaan tanahnya.

Beberapa daerah yang kondisinya lebih rendah akan tergenang. Hukum gravitasinya begitu.


Estimasi penurunan permukaan tanah sampai jauh di bawah permukaan laut?

Ada kenaikan permukaan laut, dari data Intergovernmental Panel on Climate Change, misalnya yang memprakirakan angka pada tahun 2030, 2070, dan 2100.

Pada 2030, pasang air laut akan naik 8cm, rata-rata 18 cm, dan paling tinggi 29 cm. Jadi yang dikhawatirkan kemungkinan tenggelam, iya.

Tahun 2070, diperkirakan permukaan pasang air laut akan naik 21 cm, rata-rata 44 cm, dan paling tinggi 71 cm.

Pada 2100, pasang air laut akan naik 31 cm, rata-rata 66cm, dan paling tinggi 110 cm.

Kalau 2030 pasang air laut naik 29 cm, maka kita tinggal bayangkan saja daratan di pesisir dengan permukaan air yang ada.

Kalau ternyata kita mengalami penurunan, ya akan tenggelam. Otomatis kalau laut lebih tinggi, ya tenggelam, dalam pengertian air masuk ke daratan.

Itu estimasi ekstrem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar